Judul Buku: Memorabilia
Penulis: Agus Noor
Editor Bahasa: Andi Setiono, Ana Samhuri, Amien Wangsitalaja
Gambar Sampul & Ilustrasi: Sekarjati
Desain Sampul: Ronny Kurnia Sukmawanto
Pracetak: Enda Fitri P, JB Budi Wijayanto, E Ayu Sunarti
ISBN: 979-8681-23-1
Tebal: 192 halaman + ix
Penerbit: Yayasan Untuk Indonesia
Blurb
Agus Noor adalah cerpenis kontemporer Indonesia yang kuat dan menonjol. Dia mengembangkan gaya penulisan yang menggabungkan unsur sosial dan surealisme hingga membentuk struktur narasi yang mengekspresikan kecemasan, kesunyian, kekerasan sekaligus keliaran. Struktur naratif yang memperlihatkan karakter schizofrenia dari tokoh-tokohnya.
Lewat gaya penulisan yang memadukan unsur sosial dan surealisme itu, Agus Noor beberapa kali mendapatkan penghargaan. Terakhir, tiga cerpennya yang berjudul “Keluarga Bahagia”, “Tak Ada Mawar di Jalan Raya” (direvisi menjadi “Mawar, Batu, Kaca yang Pecah, Badak-badak”) dan “Dzikir Sebutir Peluru” masuk nominasi Anugerah Cerpen Dewan Kesenian Jakarta.
Unsur-unsur sosial dalam cerpen-cerpen di Memorabilia ini sudah tidak tampak lagi sebagai fakta-fakta sosial, namun telah menyati dalam gaya penulisan surealis. Fakta-fakta sosial diolah menjadi kekuatan literer. Maka, di tangannya lahir dongeng-dongeng kontemporer yang getir tapi indah.
Review
Dalam buku Memorabilia ini ada 15 cerpen, and they are:
- Akuarium
- Sepotong Bibir di Jalan Raya
- Anak Ayah
- Kelepak Sayap Jibril
- Mawar, Batu, Kaca yang Pecah, Badak-Badak
- Pemburu
- Keluarga Bahagia
- Kupu-kupu di Bawah Sepatu
- Hikayat Anjing
- Cerita tentang Otok
- Dunia Serena
- “Masterpiece”
- Dongeng buat Pussy (Atawa: Nightmare Blues)
- Hujan
- Bouquet
Hmmm. Saya nggak tahu sebenernya mau mulai review dari mana, dan apanya yang harus saya review. Cuma karena memang komitmen pada diri saya sendiri, bahwa saya mewajibkan diri mereview setiap buku yang saya bacalah maka saya nekat menulis ini π
Singkat aja deh. Ada beberapa cerpen yang memang susah banget saya cerna, meski saya menikmati setiap kalimatnya. Cerpen-cerpen itu adalah “Akuarium”, “Mawar, Batu, Kaca yang Pecah, Badak-Badak”, “Dongeng buat Pussy” dan “Hujan”.
Sedangkan favorit saya adalah “Pemburu”, kisah sekelompok makhluk -kalau boleh saya sebut begitu- yang memang dilahirkan menjadi sekelompok pemburu tangguh. Apa pun mereka buru, hingga suatu saat mereka kehabisan bahan buruan. Dan akhirnya, mereka memutuskan memburu sesuatu yang tak pernah bisa berhenti diburu, Malaikat Jibril.
Favorit kedua adalah “Keluarga Bahagia”. Buat saya ini semacam sarkasme ya. Tentang definisi sebuah keluarga bahagia, yang menurutmu merupakan keluarga bahagia belum tentu merupakan keluarga bahagia bagi orang lain, begitu pun sebaliknya. Jadi, define your own happiness, and be happy with it. Yaaa, kurang lebih begitu deh π
“Dunia Serena” mengingatkan saya pada cerpen “Adila” yang ditulis oleh Leila S. Chudori dalam kumpulan cerpen “Malam Terakhir”. Seorang anak yang terabaikan, yang akhirnya membangun dunianya sendiri dalam pikirannya.
Nah, dari buku kumpulan cerpen “Memorabilia” ini saya bisa ‘menghasilkan’ satu sketsa yang bisa saya selesaikan. Sketsa lain ada, tapi nggak selesai. Here it is…
“Kupu-kupu dari Jariku” based on cerpen “Akuarium”
Oh ya, takjubnya lagi, cerpen berjudul “Bouquet” yang menjadi cerpen pamungkas dalam kumpulan cerpen ini -somehow- cocok banget dengan sketsa saya yang ini. Padahal pas saya nyeketsa, saya belum baca Memorabilia π
Kesimpulan keseluruhan, kumpulan cerpen ini gila-gilaan. Bukan jenis buku yang bisa dinikmati oleh semua orang. Diksi yang digunakan, kadang begitu konotatif, begitu ‘kasar’, namun sekaligus halus.
Rating
Empat dari lima bintang yang saya punya.