Judul: Lara
Penulis: Sybill Affiat
Editor: Weka Swasti
Proof Reader: Herlina P. Dewi
Desain Cover: Theresia Rosary
Layout isi: Sindy Fatika
ISBN: 978-602-7572-38-6
Tebal: 234 halaman
Penerbit: Stiletto Book
Blurb
“L-a-r-a? Tolong aku?!”
Tampilan layar komputer memunculkan sosok perempuan yang berwajah putih pucat. Rambut panjang kusut masai menutup sebagian wajahnya yang semakin mendekat, hingga hanya tampak sepasang mata yang terus menatap dengan sorot dingin dan hampa. Lara menjerit sekencang-kencangnya dan menutup komputernya dengan sekali empasan.
***
Namaku Larashinta. Panggil aku Lara.
Aku benar-benar tak mampu lagi menyangkal perasaan aneh yang semakin berat menggelayuti hati dan pikiran. Aku merasa seperti mengambang dan tidak berada di dalam kehidupanku. Aku bahkan tidak bisa mengingat jadwal kuliah dan tugas-tugasku. Aku benar-benar terasing, seolah hidup sendirian di dunia ini. Aku tidak bisa bertemu dengan sahabat dan teman-temanku, aku juga tidak bisa mengobrol santai dengan Mbak Saras, kakakku.
Situasi ini membuatku frustrasi. Rasanya bagaikan berjalan di atas bumi yang kehilangan daya gravitasi. Segala usaha yang aku lakukan untuk menjejakkan kaki di atas daratan terasa sia-sia. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Alur Cerita
Novel dibuka dengan adegan di rumah sakit. Lara, si tokoh utama, terbangun dan semacam berhalusinasi. Semua serba samar, hingga dia memutuskan untuk bangun dari tempat tidur. Kondisi tubuh yang telanjang memaksanya untuk mencari pakaian dan juga barang-barangnya. Masuklah dia ke suatu lorong yang basah. Ternyata benda cair di kakinya itu adalah darah.
Cerita bab satu terpotong, dan tahu-tahu Lara sudah ada di rumah. Tergeragap bangun, seakan-akan diganggu mimpi buruk. Seakan-akan ya, karena memang sebenarnya itu bukan mimpi buruk yang hanya bunga tidur. Itu mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
Sejak itu berbagai keanehan hadir dalam hidup Lara. Mulai dari ketidakbisaannya berkomunikasi dengan orang-orang yang dicintainya, seperti dengan ibunya, dengan teman-teman kuliahnya, juga dengan sahabatnya Dimas dan Faira. Apalagi setelah dia juga gagal berkomunikasi dengan Mbak Saras yang akhirnya membuatnya frustrasi. Mbak Saras memang nampak di depan matanya, tapi seperti sangat jauh tak terjangkau.
Setelah ayahnya meninggal, Lara dan Saras memang ditelantarkan oleh ibunya yang jiwanya ikut mati bersama sang ayah. Berdua akhirnya semakin dekat. Mereka menghabiskan waktu bersama, saling berbagi rahasia dan saling curhat. Hingga karena Saras tak tahan lagi, akhirnya dia memutuskan untuk meneruskan sekolah ke Singapura. Lara tentu sedih karena ditinggalkan Saras. Tapi ya mau gimana lagi.
Lara sendiri punya kekasih. Rayan namanya. Rayan ini pecandu narkoba. Sebenarnya Lara sudah dibilangin sama Saras dan teman-teman yang lain, untuk putus aja sama Rayan. Tapi Rayan selalu berjanji akan sembuh dari kecanduannya. Dan sedihnya, Lara percaya sama Rayan.
Konfliknya semakin kompleks saat Mbok Yam menampakkan juga tanda-tanda keanehan. Mbok Yam ini pembantu setia keluarga Lara. Sudah mengabdi lama sekali. Nah Mbok Yam ini pernah kehilangan anaknya. Dan di sinilah keanehan-keanehan itu muncul.
Pada akhirnya semua teka-teki terjawab di akhir cerita.
Kenapa Lara tak bisa berkomunikasi dengan teman-temannya, kenapa Saras terasa begitu jauh tak terjangkau padahal dia ada di depan mata, kenapa Mbok Yam aneh dan semuanya.
Review
Novel ini menggunakan PoV orang pertama. Si “aku”, Lara, adalah tokoh sentral dari novel ini. Ini adalah novel dark cenderung horor mistis. Berarti ada hantu-hantuannya dong? Ada. Jadi yang takut hal-hal beginian, kayaknya hati-hati aja ya π
Tapi biar begitu, horornya nyeni. Pertama, aku suka banget cara Mbak Sybill membangun suasana. Berassssa banget kelamnya. Entahlah. Kadang udah merinding duluan padahal baru Mbak Sybill baru cerita kondisi setting, belum muncul apa-apa pula. Hedeh. Berkali-kali saya merinding gitu, kayak pas Lara mendengar ada lagu My Sunshine yang memang menjadi soundtrack novel ini. Lalu Lara ke kamar Saras, menemukan laptop yang menyala. Wuaaaaa … *garuk-garuk kepala* Kok bisa ya, bisa merinding duluan π Tuh, saya nulis ini aja kembali kebayang suasana kamarnya.
Terus pas Lara ketemu Rayan yang terakhir kali, juga Mbak Sybill membangunnya sedemikian rupa sampai saya merinding juga. Saya juga merinding pas Lara ketemu sama anak kecil di halaman malam-malam itu. Whaaaa … *ngumpet di balik pintu*
Anyway, saya sih agak-agak bosan di tengah, karena rasanya alurnya berjalan sangat lambat. Ceritanya mbulet aja di Lara. Ya, namanya juga tokoh sentral. Gimana sih lo, Ra? Enggakkkk, maksudnya, waktu seakan terhenti gitu, karena kebanyakan flashback. Tapi ya, gimana ya, saya bayangin kalau flashback-flashback itu nggak ada ya jadinya pembaca juga nggak tahu kenapa begini kenapa begitunya yah. Jadi gimana dong? Ya, sabar aja. Nikmati aja prosesnya. Nikmati ritmenya. Ini jenis novel yang memang menyajikan puzzle-puzzle yang banyak di dalamnya. Lalu ya kita musti sabar mencari puzzle yang mana yang cocok ditempatkan di sebelah mana. Kalau pembaca nggak sabar ya udah pasti nggak akan bisa menikmati novel jenis ini.
Selepas tengah novel, baru deh kerasa alurnya maju dengan dinamis. Nggak akan bosen karena jawaban-jawaban mulai bermunculan. Nah, di sini mulai asyik. Karena saya kemudian baru nyadar bahwa sebenarnya udah banyak clue yang disebar oleh Mbak Sybill dari awal hingga tengah. Cuma saya aja yang nggak nyadar π Halus banget cara nyebar clue-nya. Top deh, Mbak Sybill π
Dan pada endingnya, waaaaaaaa, saya sih udah nebak kondisi Mbak Saras. Tapi kondisi Lara yang saya agak meleset tebakannya. Endingnya malah nusuk banget gara-gara Dimas T__T Nangis sayanya. Beneran. Hiks hiks. ARGH!
Tokoh dan Karakter
- Lara, tokoh sentral novel. Gimana ya karakternya? Sebenernya dia gadis yang biasa-biasa aja. Berambut panjang lurus, langsing. Nggak terlalu gimana-gimana kayak gadis kebanyakan. Temannya banyak, tapi dia punya sahabat karib Dimas (yang sudah dikenalnya sejak kecil) dan Faira. Cuma dodolnya dia tuh lemah banget sama Rayan π‘ HIH!
- Saras, kakak Lara. Cenderung tertutup ya. Punya kemarahan tersembunyi pada sang Ibu, karena merasa ditelantarkan setelah ayahnya meninggal. Kayaknya jengkeeeel banget deh sama Ibu yang cuek banget.
- Rayan, kekasih Lara. Nyebelin sumpah. Berkali-kali Lara memintanya untuk menjauhi narkoba, tapi dia nekat juga. Akhirnya malam itu, Saras, Lara dan Rayan … tetot! Spoiler! π
- Mbok Yam, pembantu di rumah Lara. Punya kelebihan khusus mampu melihat hal-hal yang tak kasat mata. Percaya pada hal-hal gaib. Dia ini juga buta huruf, sehingga kalau membaca surat atau membaca catatan yang ditinggalkan oleh Ibu di kulkas itu dia harus meminta bantuan dua anak tetangganya untuk membacakan. Melalui Mbok Yam ini akhirnya Lara bisa berkomunikasi dengan semua orang.
- Dimas, sahabat Lara sejak kecil. Dari awal saya sebenernya nggak terlalu memerhatikan Dimas ini. Saya anggap dia hanya sekadar pemeran figuran dalam novel ini. Ternyata saya salah. Dimas ternyata mempunyai peran besar di ending cerita.
Quotes
- Matahari bagai enggan membagikan sinarnya dan terus bersembunyi di balik gumpalan awan gelap. Lebatnya hujan sudah berakhir. Derasnya air mata telah mengering. Namun luka hati tak juga sembuh.
- Aku berharap kami mendapat bekal untuk memperkuat mental, sehingga kami cukup matang saat harus menjalani kehidupan dengan terpaan badai yang tak terduga datangnya.
- Kamu nggak bisa membanding-bandingkan hidupmu dengan kehidupan orang lain.
- Ketidakadilan dalam hidup ini memang penting untuk keseimbangan hidup itu sendiri. Semuanya harus serba berpasangan.
- Aku yakin seluruh umat manusia penghuni planet bumi ini akan selalu memilih akhir yang membahagiakan.
Overall
Kalau mau baca novel Lara ini, nikmatilah prosesnya. Sabar mengikuti plotnya. Endingnya sangat jleb kalau kamu bisa mengikuti plotnya sejak awal. Novel ini recommended untuk kamu yang suka novel misteri dengan tebaran clue di sana-sini yang kemudian mengerucut di endingnya. Well done! Dan sekarang aku jadi pengin baca Apartemen 666. Ntar pinjam kantor ah *dijambak*
Saya punya tiga bintang untuk jalinan cerita, dan satu bintang sendiri untuk kepiawaian Mbak Sybill membangun suasana ‘dark’nya π
Ayooo dibaca apart.666 nya, itu cerita mah bakal tambah buat km shock, jaih lebih serem dr Bk Lara, he4..
Salam kenal yaa..
LikeLiked by 1 person