Judul: Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia
Penulis: Agus Noor
Perancang Sampul: Tyo
Ilustrator Isi: Widyatmoko ‘Koskow’
Pemeriksa Aksara: Novianita & Nanik
Penata Aksara: Bowo
Tebal: 168 halaman
ISBN: 978-979-1227-88-9
Penerbit: Bentang
Blurb
Buku ini menghimpun puncak-puncak prosa Agus Noor. Beberapa termaktub dalam cerpen pilihan Kompas dan Pena Kencana. Eksplorasinya dalam bercerita membuat setiap kisah yang ditulisnya menjadi penuh pukau. Cinta, sensualitas, sampai memori kekejaman politik dan religiositas, terasa subtil dalam bahasanya yang puitis dan sering kali mengejutkan. Sepilihan karya ini memperlihatkan rentang panjang proses kreatif Agus Noor sebagai salah satu cerpenis dalam khazanah sastra kontemporer Indonesia yang terus -menerus melakukan penjelajahan gaya dan tema.
Buku ini tidak hanya akan membuat pembaca terlarut dalam kisah-kisah yang memukau, tetapi juga akan membawanya memasuki cakrawala baru dunia sastra. Penuh sensibilitas yang merangsang imajinasi.
Review
Ada 9 cerpen dalam kumpulan cerpen ini:
1. Empat Cerita Buat Cinta
Ada 4 sub-cerita (atau apa ya namanya) dalam cerpen ini.
- Pemetik Air Mata, tokoh utamanya bernama Sandra. Cerita ini merupakan cerita Sandra setelah dewasa. Sandra kecil bisa disimak kisahnya dalam cerpen Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma yang pernah dimuat di buku Cerpil Kompas 1993. Di sini diceritakan bagaimana efek masa kecilnya bisa mempengaruhi Sandra dewasa, apalagi kemudian dia sekarang sudah mempunyai anak.
- Penyemai Sunyi, kisah seorang laki-laki yang kehilangan seluruh keluarganya. Sunyi menjadi hiasan dalam rumahnya. Duh, perih baca cerpen yang ini ๐ฆ
- Penjahit Kesedihan, tentang seorang tukang jahit yang hanya muncul menjelang Lebaran. Tukang jahit ini istimewa, karena ia punya jarum dan benang ajaib yang bisa menjahit hatimu yang sakit. Duh, mbok di sini juga ada ya. Kan jadi banyak jomlo yang bisa move on, gitu. #eh
- Pelancong Kepedihan. Membaca cerpen ini, saya jadi teringat saat Jogja baru saja dilanda gempa dan juga gunung meletus. Banyak turis datang, untuk melihat puing-puing, untuk foto-foto korban, untuk terpesona melihat alam yang luluh lantak. Tiba-tiba kami jadi tontonan. Mereka simpati, menonton kami yang dilanda gempa dan gunung meletus. Kemudian karena saking geregetannya, saya ingat satu poster yang dipasang oleh warga Bantul, daerah yang paling parah terkena imbas gempa. Bunyinya kurang lebih, kami bukan tontonan. Kembali saja ke kotamu! Atau semacam itu.
2. Kartu Pos dari Surga
Kisah tentang Beningnya (ah, aku suka banget nama ini) yang menunggu kartu pos kiriman dari sang mama. Sang mama ini sering bepergian, baik keluar kota aja atau keluar negeri, dan selalu mengirimi Beningnya kartu pos dari tempat-tempat yang dikunjunginya. Tapi di kepergian terakhir ini, Mama nggak juga mengirimkan kartu pos. Beningnya jadi sedih. Tiap hari hanya nengokin ke kotak pos, barangkali ada kartu pos dari Mama. Sang papa tentu saja ikut sedih, gimana nggak sedih, pesawat mamanya kecelakaan dan tubuh Mama tak ditemukan ๐ฆ Jadi gimana dong? Akhirnya Beningnya tetap dapat kartu pos kok, langsung dari surga malah :’)
3. Permen
Tentang analogi permen dan kehidupan.
Permen akan selalu mengingatkanmu bahwa hidup ini manis dan patut kamu nikmati. Karenanya kamu harus bersyukur bila hidup memberimu nasib yang manis, penuh warna, dan menyenangkan seperti permen. (hal. 43)
Bukankah mengubah kesedihan menjadi permen itu cara yang luar biasa? Mungkin itulah cara terbaik bertahan di tengah hidup penuh penderitaan. Membuat yang pahit menjadi manis. Kamu jangan meremehkan hanya karena permen itu terlihat murahan. Ini hanya soal kemasan. Aku kira, kalau dikemas dalam kotak-kotak yang bagus dan dipasarkan dengan baik, permen itu akan menarikย juga. (hal. 48)
Hidup memang seperti permen karet, meskipun lembut dan manis, kita harus berhenti menikmatinya sebelum terasa asam dan hambar. (hal. 50)
Lagipula bosan kan, terus-terusan menikmati permen rumahan. Sesekali perlu jugan nyoba bagaimana rasanya permen pinggir jalan. (hal. 51)
Ya ampun, ini cerpen ya. Bikin geregetan banget, sumpah. Analoginya bangke ๐
4. Sepotong Bibir yang Paling Indah di Dunia
Oh, cerpen satu ini semacam tribute untuk Seno Gumira Ajidarma. Tokohnya, Maneka, adalah pengagum Sukab. Buat yang sudah biasa membaca karya Seno, pasti tahulah siapa Sukab ini ๐ Saya nggak akan jelasin lagi. Sukab telah mengiriminya sepotong bibir yang sangat indah lewat pos.
Ketika akhirnya Maneka membuka bungkusan itu, ia makin berdebar dan terpana. Sepotong bibir! Semula Maneka menyangka itu bibir mainan dari karet. Tapi, saat menyentuhnya, ia segera tahu, itu bibir sungguhan. (hal. 61)
Maneka lantas membawa bibir itu pada Alina. Sekali lagi, yang suka baca karya Seno, juga pasti tahu bahwa Alina ini adalah perempuan yang dicintai oleh Sukab, dan perempuan yang pernah dikiriminya sepotong senja. Berdua kemudian membicarakan punya siapa gerangan bibir itu.
5. 20 Keping Puzzle Cerita
Nah, ini juga bagian kesukaan saya. Ada 20 fiksimini, atau fiksi supersingkat hanya beberapa kata, khas banget Agus Noor. Dari mulai tentang ambulans, hingga ke kucing hitam dan kasus tabrak lari. Ledakannya itu lohhhhh … Somehow, saya jadi pengin liat fiksimini-fiksimini awal saat dia memprakarsai berdirinya komunitas fiksimini di Twitter.
6. Cerita yang Menetes dari Pohon Natal
Cerpen ini juga terbagi atas 3 segmen:
- Parousia. Oke, saya baru aja googling apa arti parousia. Itu adalah kata Yunani yang berarti ‘kehadiran’. Cerpen ini agak-agak susah diraba maknanya. Tokoh utamanya adalah seekor ular yang dulunya adalah seorang manusia idiot. Kalau sepemahaman saya, dia dulu adalah korban bully. Ular ini sedang mencari rumah yang aman, gitulah singkatnya.
- Mawar di Tiang Gantungan. Nah, ini juga saya bingung ๐ฆ Si “Aku” ini ular tadi apa bukan ya? Ya pokoknya dia buta, dan kemudian menjadi saksi sebuah perkosaan dan pembunuhan. Tapi dia tak dipercaya karena mana ada saksi buta? Dan endingnya … eh itu Yesus? :-O
- Serenade Kunang-kunang. It’s a hunt for a true love.
7. Episode
Kisah tentang seorang bocah yang bisa menggambar sesuatu yang akan benar-benar terjadi kemudian. Well, it’s a talent, but horrifying. If you know what I mean.
8. Variasi bagi Kematian yang Seksi
Yah, kalau saja setiap orang boleh memilih waktu kematiannya sendiri-sendiri. Saya sendiri mungkin lebih memilih mati yang nggak merepotkan, dan cepat. ๐ Kayaknya mainstream ya, siapa sih yang mau mati menyakitkan. But, that’s only a big ‘IF’ there. Lucu juga sih ini idenya. Gilak.
9. Perihal Orang Miskin yang Bahagia
Orang miskin tak selalu susah lho. Ada kalanya mereka akan mensyukuri karena mereka miskin. Ini bisa dibilang sarkastik, tapi juga bisa dibilang realita. Taruhlah kayak sekarang, menjelang Lebaran kayak gini? Tiba-tiba banyak orang miskin musiman. Mereka mengemis di jalan-jalan dan di tempat ibadah, memohon iba. Tapi ternyata mengantongi berkilo-kilo emas, jauuh lebih banyak ketimbang orang-orang kaya yang berderma. Hm, lalu salah siapa? Selain itu, orang miskin juga bisa tetap bahagia, dengan jalan menertawakan kemiskinannya.
Ada 26 fiksimini dalam cerpen ini. Salah satunya cerita di bawah ini.
“Aku sudah resmi jadi orang miskin,” katanya, sambil memperlihatkan Kartu Tanda Miskin, yang baru diperolehnya dari Kelurahan. “Lega rasanya karena setelah bertahun-tahun hidup miskin akhirnya mendapat pengakuan juga.”
Kartu Tanda Miskin itu masih bersih, licin, dan mengilat karena dilaminating. Dengan perasaan bahagia, ia menyimpan kartu itu di dompetnya yang lecek dan kosong.
“Nanti, bila aku pengin berbelanja, aku tinggal menggeseknya.”
Overall
Saya selalu menikmati cerita-cerita Agus Noor. Termasuk yang ada dalam buku ini. Banyak terpercik ide hanya dengan membacanya saja, baik itu ide cerita maupun ide sketsa. Yes, Agus Noor always does that to me. Saya cuma agak ‘lost’ di bagian Cerita yang Menetes dari Pohon Natal aja. Mungkin waktu baca, otak saya lagi konslet apa gimana, entahlah.
Rating
Saya punya empat bintang dari lima yang saya punya ๐