Flip Flop

IMG_4150Judul: Flip Flop
Penulis: Rido Arbain & Ratna Rara
Editor: Pradita Seti Rahayu
Art: A Subandi
Tebal: xi + 202
ISBN: 978-602-02-6718-0
Penerbit: Elex Media Komputindo

Blurb

Dia bahkan belum selangkah pun keluar dari kota ini, tapi rinduku terlalu bandel untuk diberi tahu.

Perubahan yang cepat membuat kita kalah. Jarak yang lebar membuat kita jengah. Aku tak lagi yakin, kita adalah aku dan kamu. Tapi, aku, kamu, jarak, juga dia.

Kenapa kamu menyerah?

Alur Cerita

Bobby, seorang remaja SMA, merupakan salah satu penggemar Anggun si idola sekolah. Dengan nggak tahu diri, Bobby mendekati Anggun, meski ia tahu ia punya rival berat seorang blasteran setengah bule berambut pirang bernama Steven. Tapi ya, seperti kata pepatah, kalau kamu naksir cewek tapi tampang kamu biasa-biasa aja, usahakan kamu humoris. Dan emang sih, biasanya perempuan lebih suka berada di dekat cowok humoris πŸ˜€ Dan Bobby ini termasuk cowok humoris.

Singkat cerita, mereka berdua sudah lulus dan bersiap melanjutkan studi ke universitas. Ternyata pilihan mereka berbeda. Anggun tetap di Jakarta, sedangkan Bobby harus pergi ke Malang. Di malam perpisahan dengan Sheza, sahabat mereka berdua, kegalauan Anggun memuncak. Sheza juga akan pergi ke Inggris, selain untuk studi supaya juga lebih dekat ke One Direction *langsung lirik Rara*. Dalam pesta perpisahan itu juga hadir Steven, rival Bobby, yang ternyata udah pacaran sama Sheza meski nggak semua orang tahu.

Steven sempat tak mengenali Anggun, karena semenjak Anggun pacaran sama Bobby, dia juga jadi tukang makan dan jadi penggemar gorengan. Dari situ kemudian timbul keinginan Anggun untuk mengembalikan tubuh idealnya yang sempat membuatnya menjadi idola sekolah.

Well, Anggun sang idola sekolah toh juga manusia. Dia galau juga akan bentuk tubuhnya, khawatir nggak cantik lagi.

Selama Bobby di Malang, Anggun menjadi lebih dekat ke Steven yang juga ditinggalin Sheza ke Inggris. Kebetulan mereka satu universitas, meski beda fakultas. Jadilah mereka bertemu semakin intens.

Hingga akhirnya, Steven benar-benar nembak Anggun kembali.

Terus gimana?

Gimana. Gimana. Baca sendiri!

Review

Ok. Pertanyaan pertama, tapi ditujukan nggak cuma ke novel ini sih. Ke hampir semua novel yang ada di toko buku. Apa sih arti blurb? Buat memberi gambaran pada calon pembaca mengenai isi novel, atau apa? Sungguh, saya termasuk calon pembaca yang jarang membeli novel tanpa rekomendasi. Apakah saya akan membeli novel seperti Flip Flop ini hanya dengan membaca blurb? I don’t think so. Dan ini nggak cuma Flip Flop kok. Saya banyak menemukan blurb yang tidak menggambarkan isi novel sama sekali, hanya sekadar sederetan kalimat indah. So, sekali lagi, saya nanya *ini beneran nanya, bukan retorik*, apa sebenarnya arti sebuah blurb?

Kalau dilihat dari blurb, orang memang akan langsung menebak it’s about LDR, karena ada kalimat “Aku tak lagi yakin, kita adalah aku dan kamu. Tapi, aku, kamu, jarak, juga dia. Kenapa kamu menyerah?”

Yes, it’s about LDR. Tapi saya merasakan porsinya malah agak kurang. Mungkin kalau dibilang, novel tentang “persiapan LDR” barangkali ya malah lebih tepat πŸ˜† *dijambak penulisnya* Karena suasana LDR-an yang benar-benar terpisah keduanya, dan pergulatan di antaranya, barangkali hanya ada di sepertiga novel. Dua per tiganya adalah penggambaran bagaimana Anggun dan Bobby pas lagi pedekate, dan kemudian persiapan LDR, dalam artian si Anggun galau karena bakalan ditinggal Bobby dan juga Sheza.

Konflik batin Anggun mengenai kondisi tubuhnya juga agak mendistraksi cerita. Somehow, saya pribadi malah bisa membayangkan Rara menulis mengenai pergulatan batin Anggun ini dalam novel solonya. Buanyak banget yang bisa dikembangkan dari konfliknya yang satu ini. Really. Jadi, Rara kapan nulis sekuel untuk Anggun? *nungguin*

Anyway …

Kembali lagi ke novel Flip Flop.

Saya juga merasa intimidasi Steven pada Anggun mengenai bentuk tubuhnya, juga kurang nampol. Meski ya, saya tahu sih, seorang Anggun yang dulu begitu diidolakan oleh semua cowok sekolah, pernah begitu dielu-elukan, setiap cowok mendambakannya menjadi pacar, kemudian tiba-tiba berubah bulet kayak bakpao. Tapi harusnya bisa lebih mengintimidasi lagi gitu si Stevennya πŸ˜€

Pagi tadi saya sempat baca di blognya Rara mengenai proses menulis novel ini. Dia menyebutkan bahwa memang novel ini dibawa ke genre komedi. Well, you just did a good job. Komedinya nggak slapstick, nggak juga yang bikin saya sampe ngakak sepanjang waktu sih *which is memang bakalan susah hehehe*, but I love the sarcasm, the cynicism. Saya suka munculnya jokes ini di tengah suasana galau. Membuat kesan, bahwa meski Anggun dan Bobby galau tudemaks, mereka masih bisa menertawakan diri sendiri. Membuat mereka sebenarnya tampak enjoy dengan hidup mereka. Membuat mereka begitu lovable. Dan dari seloroh-selorohan itulah yang membuat saya jatuh cinta pada keduanya πŸ˜€ Saya sudah pernah menyebutkan bahwa saya nggak terlalu suka genre komedi. Saya lebih suka seloroh dan jokes yang berkelindan dalam sebuah novel romantis. Lebih kena. And here, Rido dan Rara telah berhasil melakukannya πŸ™‚

Saya juga menyukai cara pembagian PoV. Anggun di “masa kini”, Bobby di “masa lalu”, yang kemudian bertemu di satu timeline. Great! Pergantian PoV juga nggak membingungkan. Nice.

Penggunaan catatan kaki juga kadang bikin ngekek, karena kadang yang dikasih catatan kaki itu nggak penting banget πŸ˜† Dan, penggunaan nama Sulung … nganu, ada permintaan royalti nggak tuh? Hahaha. πŸ˜†

Dan, sebagai catatan akhir. Saya suka hubungan yang tergambarkan antara Anggun dan papanya.

Walau sebenarnya, aku ingin terus menjadi anak kecil di hadapan Papa.

Aren’t we all? *minta pangku* *pangku siapa?*

Quotes

Oh yeah. Saya punya beberapa quote favorit dari novel ini πŸ˜€ Surprise! πŸ˜† *dibanting penulisnya lagi*

  • I can do more than this thing. Crying isn’t the answer, tapi menangis melegakan. Menangislah bila harus menangis. Menangis bukan milik si lemah saja. Tangisan juga memanusiakan si kuat. (hal. 32)
  • Jodoh itu jangan dikejar, biar nggak capek. Jodoh juga jangan ditunggu, biar nggak bosan. Jodoh yang baik itu kalau keduanya sama-sama saling mencari, biar suatu saat bisa saling menemukan. (hal. 38)
  • The scariest thing about distance is that you don’t know whether they’ll miss you or forget you. (hal. 104)
  • Keep in mind that in real life love doesn’t overcome obstacles all by itself. (hal 107)
  • Bukan soal siapa yang kenal paling lama, siapa yang paling akrab, siapa yang paling perhatian. Tapi soal siapa yang datang dan nggak pergi. (hal. 149)
  • Ada yang pernah bilang, cowok itu selingkuh dengan mata, sedangkan cewek selingkuh dengan hati. Itu kenapa cowok yang selingkuh biasanya kembali, tapi cewek yang selingkuh akhirnya benar-benar pergi. (hal. 177)
  • Terima kasih juga sudah mengajariku bahwa jatuh cinta adalah menjadi diri sendiri. (hal. 178)

Overall

Saya suka kemasan romantis yang diselipi jokes khas anak muda di sana sini. Meski beberapa ungkapan bahasa Inggris-nya masih salah secara grammar, dan saya nggak akan membahas typo (yang kayaknya juga nggak ada), saya SANGAT menikmati proses membaca Flip Flop ini. Ringan, dan saat dibaca semacam menyebarkan rasa hangat di hati ^^ Super love it!

Rating

Saya kasih empat bintang, untuk pembagian PoV dan timeline yang menarik, jokes yang nggak maksa, dan karakter Anggun – Bobby yang sangat manusiawi. Good job!

One Comment Add yours

Komennya, Kakak ^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s