Judul: Broken Vow
Penulis: Yuris Afrizal
Editor: Weka Swasti
Proof Reader: Herlina P Dewi & Tikah Kumala
Desain Cover: Theresia Rosary
Layout Isi: Arya Zendi
ISBN: 978-602-7572-41-6
Tebal: 271 halaman
Penerbit: Stiletto Book
Blurb
Tiga sahabat. Tiga pernikahan. Tiga luka.
Amara, dia punya segalanya. Kecantikan yang sempurna dan kehidupan pernikahan yang diimpikan setiap perempuan. Tapi hanya kisah Cinderella yang berakhir dengan kalimat happily ever after. Karena ternyata mencintai saja tidak cukup, dan menjadi sempurna pun tidak cukup.
Nadya, memiliki karier yang cemerlang. Menikah di usia 30 hanya untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang selalu mengganggunya: βKapan nikah?β Baginya, keinginan dan harapan kadang berbenturan dengan realitas yang ada.
Irena, si superwoman. Berkarier dan menjadi ibu rumah tangga sekaligus. Potret keluarga bahagia yang sesungguhnya. Namun siapa yang mengira jalan hidup Irena akan menikung tajam?
Siapakah di antara tiga sahabat ini yang paling berbahagia dengan pernikahannyaβatau justru paling menderita? Prasangka dan iri pun diam-diam ada di hati mereka. Apakah persahabatan yang telah terjalin itu dapat tetap bertahan? Dapatkah mereka menemukan kebahagiaannya masing-masing?
Alur Cerita
Kisah dibuka dengan galaunya Nadya sekejap sebelum calon suaminya mengucap ijab kabul. Ya, Nadya berusia 30-an tahun akhirnya menikah! Bukan karena nggak laku, tapi karena dia sedang menunggu seseorang hingga batas kesabarannya habis. Saat itu berkumpul pula 2 sahabatnya, yaitu Irena dan Amara yang sudah lebih dulu berumah tangga. Keduanya tentu saja memberikan dukungan untuk Nadya, yang memang sekilas kelihatan nervous saja layaknya seorang calon pengantin.
“Apa menikah membuat kita bahagia?” Nadya menatap Irena dan Amara bergantian.
“Bahagia itu relatif. Tergantung gimana lo memandang pernikahan lo. Just be happy, Darling!” Irena tersenyum. (hal. 4 – 5)
Kemudian cerita bergulir ke Amara.
Amara, istri seorang arsitek muda anak konglomerat ternama negeri ini. Semua orang bilang jalan hidupnya bak Cinderella. Seorang gadis sederhana, dari keluarga strata menengah, kemudian secara kebetulan saja bertemu dengan Nathan, pewaris tahta keluarga Adiwinata di suatu pesta. Bener-bener kayak cerita Cinderella, pangeran jatuh cinta pada gadis biasa dengan kecantikan luar biasa. Amara memang digambarkan punya paras seperti dewi-dewi Yunani yang anggun. Harta berlimpah, mau apa saja tinggal bilang. Rumahnya besar, dengan banyak pembantu, ke mana-mana ada supir yang siap mengantar. Pokoknya bener-bener too good to be true deh. Tapi ternyata … ada rahasia pahit yang hanya mampu dipendamnya sendiri. Nathan ternyata tak berubah. Dia masih saja berkelakuan … tetot! Spoiler π
Nadya, seorang perempuan dengan karier yang sedang menanjak. Butik yang dikelolanya menjadi langganan artis-artis dan orang kaya ibukota, memungkinkannya juga untuk bisa hidup enak dan mewah. Hingga kemudian, dia menikah dengan Dion di usianya yang sudah berkepala 3. Dion, nggak usah ditanya deh, cintaaaa banget sama Nadya. Ganteng, atletis, fotografer … beugh! Tak lama kemudian, Nadya hamil. Seharusnya sih dia bahagia ya. Tapi ternyata enggak tuh. Lho? Iya, soalnya … nganu … tetot! Spoiler π
Irena, juga seorang perempuan cerdas dengan karier yang bagus. Sudah berumah tangga sejak masih berusia 22 tahun dengan Juna, yang katanya seorang family man. Sayang keluarga, manja sama Irena. Pokoknya kelihatan banget tak bisa hidup tanpa keluarganya. Irena sudah dikaruniai dua anak yang manis-manis dan pintar, Aron dan Ara. Yang satu sudah SD kelas berapa ya, lupa π Ara masih TK. Irena, tanpa dibantu ART, adalah pekerja kantoran sekaligus ibu rumah tangga. Kebayang ga rempongnya? Saya sih tahu banget *nggak ada yang nanya, Ra* Namun meski dalam hati Irena selalu mengeluh capek, tapi dia selalu berusaha mengurus keluarganya dengan baik. Seharusnya memang keriweuhan ini bisa terurai saat Irena akhirnya memutuskan resign dari pekerjaannya. Tapi ternyata enggak tuh. Malah ada badai besar yang mengintai keutuhan keluarganya. Wih, bahasamu, Ra!
Review
Novel ini diceritakan dalam 3 PoV secara bergantian, Amara, Nadya, dan Irena. Masing-masing bercerita versi ceritanya masing-masing. Memang susah nulis reviewnya tanpa spoiler π Jadi, maafkan ya, kalau ringkasan cerita di atas terasa terputus-putus π Karena problema yang harus dilewati oleh masing-masing sahabat itu benar-benar menguras emosi.
Saya kira, permasalahan-permasalahan dalam perkawinan yang ditakuti perempuan, ada semua dalam novel ini. Just name it deh, masalah karier yang tersendat karena keluarga? Ada. Masalah galau karena musti nikah? Ada. Masalah diselingkuhin? Ada. KDRT? Ada. Masalah ekonomi? Ada. Utang? Ada. Ya, semua ada. Gilak emang! Konfliknya bener-bener bikin gregetan, miris, lalu mikir, God, kalau saya yang ada di posisi dia lalu apa ya yang akan saya lakukan?
Karena diceritakan dari 3 PoV yang berbeda dan seimbang, konflik jadi sangat padat. Belum sampai lepas dan menemukan solusi konflik yang satu, tiba-tiba sudah dihadapkan konflik lain yang terjadi pada tokoh lain. Benar-benar nggak sempet napas. Pembaca akan dibuat terus membaca, sampai halaman terakhir.
Saya sendiri membaca novel ini tadinya karena kewajiban π Ya, namanya musti promosiin, jadi ya harus baca dong. Sambil baca, saya juga mencatat quotes yang ada. Tapi ternyata membaca dan menulis quotes itu bikin saya gregetan dan gemes sendiri. Akhirnya terpaksa deh. Kegiatan menulis quotes saya tinggal π Saya lalu ngebut nyelesaiin hanya dalam beberapa jam π Terus quotes-nya? Ya terpaksa saya nyari lagi. Hahahaha. Tapi udah baca sih, jadi tahu di bagian mana banyak kalimat yang quotable.
Anyway.
Endingnya hmmmm … Saya nggak mau terdengar lebay sebenarnya. Tapi endingnya ngetwist banget. Irena, Amara, dan Nadya masing-masing membuat keputusan yang tepat untuk permasalahan mereka. Meski yang dua orang harus melewati kondisi yang bisa dibilang mengerikan. Tapi pada akhirnya mereka mengerti arti kebahagiaan sejati. Dan yang penting lagi, persahabatan yang sempat terputus akhirnya terjalin kembali dengan mesra di akhir novel. Somehow membuat pembaca mengembuskan napas lega, meski menyesali beberapa hal namun tahu itulah yang terbaik untuk mereka.
Novel Broken Vow ini adalah novel pertama Yuris Afrizal, tapi cara Yuris menulis, mengangkat konflik dan menawarkan solusi seperti bukan penulis pemula. Yuris piawai banget memainkan emosi pembaca, jadi ikut nangis bareng Irena, Amara dan Nadya. Fyuh! Caranya berganti PoV juga luwes dan smooth, semua sangat terkendali. Pun ketika dia menonjolkan Aron, anak Irena, di bagian ending. Saya sempat mengalami ‘Oh-my-gosh!’ moment pas baca halaman-halaman terakhir. I never thought kalau Aron ternyata berperan sangat penting di sini. Kejutannya bener-bener ya.
Karakter tokoh-tokohnya juga jelas dan kuat banget. Ada Nadya, perempuan rada-rada matre, rada-rada ganjen, cablak, periang sebenarnya tapi yahhh siapa yang tahu dalam hatinya ternyata ada sedih yang terpendam, punya maag akut dan gampang masuk angin. Amara, perempuan anggun, kelihatan ringkih di luar tapi ternyata kuat menanggung dan menyimpan rahasia besar perkawinannya bahkan dari sahabat-sahabatnya. Lalu Irena. Tikah, si proofreader, bilang Irena ini mengingatkannya pada saya π Huahahaha. Padahal nggak tahu juga di mana miripnya selain Irena dan saya sama-sama bangun jam empat pagi buat siapin anak-anak sekolah π Irena ini superwoman, perempuan karier kerja kantoran sekaligus ibu rumah tangga. Suaminya juga kerja. Jadilah dia setres sendiri ngurus anak dan suami padahal nggak ada ART. Eh, sebentar. Kok sama? π Tapi ya, untungnya, cuma sampai di situ aja samanya yah. Ke belakang-belakang jangan sampai sama yah. *knocks on wood*
Lalu para suami nih, ada Nathan yang super ganteng, flamboyan, dan genit. Ada Juna, si-yang-katanya-family-man-tapi-eh-ternyata. Juga ada Dion. Aaaaakkk. Dionnnnn ….! β€ #TeamDion. Dan juga muncul juga si Leo, yang nongol-nongol bikin pengin ngeplak. Oh nggak ketinggalan para mertua dan orangtua, yang bahkan hanya sesekali muncul, tapi karakternya juga kuat banget.
Quotes
Ada beberapa quotes saya catat dari Broken Vow ini (tapi tanpa halaman ya)
- Seakan-akan menikah adalah tujuan akhir hidup seseorang. Jika seseorang tidak menikah, maka itu akan menjadi aib seumur hidupnya.
- Kenapa kita harus menikah? Kenapa menjadi perempuan single di usia tiga puluhan itu harus menakutkan?
- Pernikahan tidak selamanya indah karena nantinya akan banyak kerikil, batu, bahkan tebing terjal yang harus dilewati.
- Kita tidak akan menyakiti orang yang kita cintai kan? Atau malah sebaliknya? Karena cinta, kita bisa seenaknya pada orang yang kita cintai?
- Cinta bikin kita enggak waras. Tanpa mikirin cinta, hidup jadi waras.
Overall
Well, so far, Broken Vow menjadi novel terfavorit di antara novel favorit dari penerbit favorit *Favorit-ception* π Don’t get me wrong, mentang-mentang saya kerja di sana lalu saya hanya ngomong pepesan kosong. Seandainya novel ini terbit di tempat lain, saya kira saya tetap akan suka banget. It’s worth my time. Really.
Yuris, saya tunggu novel berikutnya ya π
Rating
Saya kasih empat setengah bintang untuk Broken Vow ya π It’s highly recommended!