Dodolitdodolitdodolibret

dodolitdodolitdodolitbret

Judul: Dodolitdodolitdodolibret – Cerpen Pilihan KOMPAS 2010
Penulis: Aba Mardjani, Adek Alwi, Agus Noor, Budi Darma, Cecilia Oday, Gre Aryantha Soethama, Herman RN, Indra Tranggono, Mardi Luhung, Martin Aleida, Ni Koman Ariani, Noviana Kusumawardhani, Nukila Amal, Ratna Indraswari Ibrahim, S Prasetyo Utomo, Seno Gumira Ajidarma, Timbul Nadeak, Triyanto Triwikromo
Editor: Putu Fajar Arcana
Desain Sampul: A.N. Rahmawanta
Ilustrasi Sampul: Putu Edy Asmara Putra
Tebal: xiv + 210 halaman
ISBN: 978-979-709-578-9
Penerbit: Penerbit Buku Kompas

Blurb

Cerpen “Dodolitdodolitdodolibret” karya Seno Gumira Ajidarma yang menjadi Cerpen Terbaik Kompas 2010, mengisolasi siratan pesan tentang pluralitas makna kebenaran religius. Bahwa kita jangan mudah mengklaim agama kita sendiri paling benar dan menganggap sesat agama lain, dan jangan pula gampang menganggap pemahaman kita sendiri tentang agama kita sebagai yang paling benar di antara pemahaman lain yang dimiliki saudara-saudari seagama kita. “Agama pada hakikatnya adalah makna, pemaknaan, yang muncul dari pengalaman,” kata Huston Smith.

Mayoritas Cerpen Pilihan Kompas 2010, seperti kecenderungan umum cerpen-cerpen Kompas selama ini, memperdengarkan derau isu-isu sosial aktual yang biasa tampil di rubrik berita dan opini media massa, seperti penggusuran dan teror bom (Ikan Terbang Kufah karya Triyanto Triwikromo), penggusuran dan krimininalisasi minoritas (Pengunyah Sirih karya S Prasetyo Utomo), korupsi (Menjaga Perut karya Adek Alwi), konflik rakyat vs industrialis (Ada Cerita di Kedai Tuak Martohap karya Timbul Nadeak), penindasan dan kekerasan terhadap perempuan (Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara karya Ni Komang Ariani), (Sonya Rury karya Indra Tranggono), ekses dekadensi moral (Ordil Jadi Gancan karya Gde Aryantha Soethama).

Review

Reading challenge Monday Flashfiction untuk bulan November adalah buku yang judulnya terdiri atas satu kata.

Well, buku ini pas banget lagi saya baca kemarin, tapi memang speed saya baca lagi lambat. Jadi barusan selesai juga.

Sementara, saya juga bingung. Ini satu kata apa tiga kata ya? 😆 Tapi kayaknya di mana-mana nulisnya juga nyambung, jadi mari kita anggap satu kata yes?

Yes!

So, langsung aja kita review ala Monday Flashfiction!
Pas banget pun ini jenis buku kumpulan cerpen.

1. Kesan yang kamu harapkan saat ingin membaca bukunya

Ya, seperti kalau baca seri buku KOMPAS yang lain sih. Pasti bakalan baca banyak cerita yang surreal, penuh kritik sosial, menyoroti hal-hal dan isu-isu yang lagi hangat dengan cara yang berbeda.

Meski ini buku tahun 2011, tapi isunya saya kira ya masih related sampe sekarang lah.

2. Kesan yang kamu dapatkan setelah membaca bukunya

Ya, habis baca cerita-ceritanya sih ya excited kayak kalau saya habis baca buku KOMPAS lainnya sih. Tapi terfavorit masih Di Tubuh Tarra sih.

Di sini nggak sampe ada yang bikin bookgasm macam Di Tubuh Tarra atau Menunda Mati di sana.

3. Intisari dari buku tersebut apa aja

Ada 18 cerita dalam buku ini:

  1. Dodolitdodolitdodolitbret – SGA
  2. Pengunyah Sirih – S Prasetyo Utomo
  3. Ada Cerita di Kedai Tuak Martohap – Timbul Nadeak
  4. Ada yang Menangis Sepanjang Hari – Agus Noor
  5. Kue Gemblong Mak Saniah – Aba Mardjani
  6. Menjaga Perut – Adek Alwi
  7. Di Kaki Hariara Dua Puluh Tahun Kemudian – Martin Aleida
  8. Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara – Ni Komang Ariani
  9. Klown dengan Lelaki Berkaki Satu – Ratna Indraswari Ibrahim
  10. Solilokui Bunga Kemboja – Cicilia Oday
  11. Sonya Rury – Indra Tranggono
  12. Tukang Obat itu Mencuri Hikayatku – Herman RN
  13. Ordil Jadi Gancan – Gde Aryantha Soethama
  14. Rongga – Noviana Kusumawardhani
  15. Lebih Kuat dari Mati – Mardi Luhung
  16. Ikan Terbang Kufah – Triyanto Triwikromo
  17. Sirajatunda – Nukita Amal
  18. Pohon Jejawi – Budi Darma

Cerpen favorit saya yang dibold yah 😆 Ya, ketimbang nulis ulang.

4. Tokoh-tokoh yang ditonjolkan dari buku tersebut. Siapa saja, dan menurut kamu karakter mereka bagaimana?

Sejaiuh ini, ada beberapa tokoh yang nancep banget di masing-masing cerpen, meski nggak dalam cerita yang saya favoritin. Mereka adalah:

  • Guru Kiplik, seorang guru spiritual yang mengajarkan doa yang benar dalam cerpen Dodolitdodolitdodolitbret. Ini semacam cerminan orang zaman sekarang yang hampir semuanya punya misi untuk mengajari orang lain beribadah dengan cara mereka. Hehehe. If you know what I mean.
  • Dinaya, dalam cerita Sepasang Mata Dinaya yang Terpenjara, adalah seorang perempuan yang cerdas dan mandiri, tapi harus takluk akan norma masyarakat yang memandang perempuan itu mesti nurut sama suami. Padahal suaminya geblek.
  • Ordil, dalam cerita Ordil Jadi Gancan. Pemuda penuh dendam yang harus jadi pelarian.
  • Henky van Kopperlyk, di cerita Pohon Jejawi, yang bikin ngekek. Orang Belanda bloon yang sok iye banget.

5. Bagaimana alur ceritanya?

Saya cerita yang 5 cerpen favorit aja ya.

  1. Menjaga Perut, tentang sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja, Aku dan Laila. Aku ini dulu dijodohin sama Laila, lantaran bapak si Aku percaya kalau istri yang pandai menjaga perut suami, maka akan bisa memastikan kelakuan suami juga baik adanya. Begitulah Laila menjaga perut si Aku. Tapi kemudian anaknya ada yang kena kasus dan berurusan dengan polisi. Laila tentu saja mempermasalahkan, kenapa istri anaknya nggak bisa menjaga perut suaminya. Saya suka cerita ini, sederhana, tapi chemistry antar tokohnya kuat banget.
  2. Tukang Obat Itu Mencuri Hikayatku, ini kek semacam lagi bahas isu plagiarism. Seseorang diminta untuk menceritakan hikayat-hikayat desanya pada seorang asing. Lah, ternyata orang asing ini tukang obat. Dipakelah itu hikayat-hikayat untuk jualan, bahkan sampai dia terkenal sebagai tukang dongeng di seantero negeri.
  3. Lebih Kuat dari Mati, bercerita tentang Aku yang nggak mati-mati padahal sudah divonis hidup hanya 3 bulan lagi sama dokter. Penyakitnya apa nggak dijelasin sih. Tapi menarik juga mengenai klausul akhirnya, bahwa penyakit dan kematian itu sebenarnya nggak ada hubungannya.
  4. Sirajatunda, ini tentang procrastinator 😆 Sebel bacanya. Soalnya gue banget! Hahahaha. Semaleman begadang, akhirnya nggak dapet apa-apa. Tidur aja deh. 😆 Kamfret. Caranya cerita itu loh!
  5. Pohon Jejawi, kayaknya ini yang paling favorit sih. Soalnya latar belakangnya sejarah. Si Hengky ini orang Belanda kampret. Sok iye, sok berkuasa, keminter. Tapi bloon 😆

Yang saya kurang ngerti sih, kenapa itu cerpennya SGA diberi judul Dodolitdodolitdodolibret ya? Saya nggak bisa nemu korelasinya 😆

Dan ceritanya Triyanto Triwikromo ini menarik banget, karena setiap kata diawali dengan huruf kapital, Gaes. Yes, SETIAP KATA SEPANJANG CERPEN. Itu tujuannya apa, saya juga nggak ngerti 😆

6. Kamu greget nggak sama endingnya? Apa sesuai dengan harapanmu?

So far, karena saya selalu mengosongkan gelas saat mau mulai membaca, ya excited aja sih bacanya.

7. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah membaca buku tersebut?

Yang saya suka dari cerita-cerita KOMPAS kan keunikannya. Kadang cara ceritanya biasa aja, tapi ide ceritanya itu loh. Atau the other way around. Ide cerita biasa, tapi cara ceritanya yang bisa banget disontek.

8. Kalau kamu ditakdirkan bertemu langsung dengan penulisnya, apa yang kamu ingin sampaikan padanya, berkaitan dengan bukunya yang telah kamu baca.

Sama mereka semua? Minta tanda tangan satu per satu. 😆

9. Berapa ratingmu untuk bukunya?

3.5 dari 5 bintang

 

One Comment Add yours

  1. am! says:

    Typo di bagian daftar cerpen, Mak. “Nukila Amal”, bukan “Nukita Amal”.

    Like

Komennya, Kakak ^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s