Judul: The Greatest Showman
Pemain: Hugh Jackman, Michelle Williams, Zac Efron, Zendaya, etc
Sutradara: Michael Gracey
Tahun rilis: 2017
Alur Cerita:
Phineas Taylor Barnum, adalah anak laki-laki seorang penjahit baju di Amerika. Zaman itu, seorang penjahit baju akan datang ke rumah pelanggan saat dipanggil. Begitulah ayah Phineas, datang ke rumah orang tua Charity, untuk mengukur badan si ayah.
Di sana, Phineas lantas jatuh cinta pada Charity, yang masih sama-sama remaja. Sayangnya, Charity lantas dikirim ke boarding school, tapi keduanya masih kontak-kontakan melalui surat. Ayah Phineas kemudian meninggal, dan Phineas pun hidup di jalanan.
Dasarnya memang dia adalah anak yang ulet, jadi gimana caranya dia bisa tetap hidup hingga dewasa. Suatu kali, Charity pulang karena sudah selesai sekolah. Phineas pun datang ke rumah besarnya untuk melamar Charity.
Memang Phineas nggak punya apa-apa, tapi Charity sanggup berjuang bersamanya, hingga kemudian mereka pun punya 2 anak perempuan.
Saat itu Phineas kerja di sebuah kantor–saya lupa sih di kantor apa–yang pasti kantornya itu kemudian bangkrut dan mem-PHK semua karyawannya. Phineas pulang, namun kemudian dia menemukan satu bangunan kuno yang menarik. Dia pun berusaha mendapatkan uang dengan pinjam ke bank untuk membeli bangunan kuno yang lantas disulapnya menjadi museum.
Pada hari pembukaan museum, ternyata nggak ada seorang pun yang mau datang. Phineas pun mutar otak, dan tiba-tiba saja dia ketemu dengan seorang pria kerdil. Ide pun datang.
Phineas lantas membuka semacam audisi bagi orang-orang aneh, maka selain si pria kerdil, ada juga perempuan berjenggot, ada juga laki-laki yang tingginya raksasa, … pokoknya banyak orang aneh yang akhirnya direkrut.
Museum yang tadinya hanya memamerkan patung, fosil, dan benda-benda tua disulapnya menjadi gedung pertunjukan orang aneh. Inilah cikal bakal sirkus, istilah yang diberikan oleh seorang kritikus koran.
Tentu saja nggak semuanya mulus. Selalu saja ada yang mengolok, bahkan mengusir Phineas dan orang-orangnya untuk pergi dari kota itu. Tapi Phineas tetap jalan saja, karena ya yang suka pertunjukannya juga lebih banyak.
Suatu kali, Phineas pun bertemu dengan Philip Carlyle. Sebenarnya dia nih anak orang kaya, yang yahhh … rada-rada arogan gitu. Tapi setelah diyakinkan oleh Phineas, Philip pun akhirnya mau jadi partner. Ndilalah, Philip juga bisa mengusahakan sirkus Phineas untuk diundang oleh Ratu Inggris. Maka datanglah mereka semua ke Inggris.
Nah, di Inggris, di sanalah Phineas ketemu dengan Jenny Lind, seorang penyanyi opera. Melihat sosoknya, Phineas pun tertarik untuk mengajaknya bekerja sama. Jadilah mereka sepasang penyanyi dan promotornya. Jenny Lind ternyata makin membukakan kesuksesan bagi Phineas, begitu pula Phineas bagi Jenny. Mereka pun ngadain tour keliling Amerika. Sirkusnya ditinggal, diurus sama Philip. Keluarganya juga ditinggal.
Seiring waktu, Philip jatuh cinta dengan Anne, si pemain trapeze. Waktu itu orang-orangnya masih rasis (eh ya, sampe sekarang sih ya 😛 ), makanya Philip juga takut-takut mempertunjukkan rasa sukanya ke Anne. Tapi ya, akhirnya tersadar juga sih gara-gara Anne dihina dina sama orang tuanya yang kebetulan ketemu mereka di gedung teater.
Sementara itu, Charity makin kehilangan Phineas yang makin sibur touring dengan Jenny. Tapi kemudian Phineas–entah kenapa–tiba-tiba memutuskan untuk pulang, dan meminta Jenny untuk melanjutkan touring sendirian. Jenny ini kayaknya ngarep juga sih sama Phineas. Merasa habis manis sepah dibuang, Jenny pun mengundurkan diri setelah sebelumnya mencium Phineas di atas panggung sebagai tanda perpisahan.
Ndilalah, ada fotografer koran yang menangkap momen ciuman itu. Jadilah terpampang di halaman pertama. Phineas yang dalam perjalanan pulang tentu saja nggak ngeh. Begitu turun dari kereta, Phineas menemukan gedung sirkusnya terbakar hebat. Ternyata orang-orangnya diserang oleh orang kota yang nggak suka dengan sirkus orang anehnya.
Begitu pulang pun, ternyata Charity sudah lihat fotonya yang dia dicium sama Jenny Lind. Ndilalah, bank juga sudah menyita rumah besarnya. Jadilah Charity pulang ke rumah orang tuanya, sambil membawa 2 anaknya.
Habis sudah. Phineas kehilangan gedung sirkusnya, orang-orangnya pada kocar-kacir entah di mana, Philip juga terluka karena berusaha masuk ke gedung terbakar karena mengira Anne–yang sebenarnya sudah di luar–masih di dalam, anak sama istrinya juga pergi.
Namun, kemudian orang-orang aneh sirkus itu kembali pada Phineas. Mereka bilang, karena Phineaslah mereka menemukan rumah dan keluarga baru. Bangunan bisa dibakar habis, tapi tidak dengan pertalian keluarga mereka. Maka mereka pun bertekad untuk membangun kembali gedung sirkus mereka. Tapi dari mana uangnya? Saat itulah Philip menawarkan uang hasil warisan yang diperolehnya dari orang tuanya. Phineas setuju, tapi uang itu juga nggak cukup buat beli gedung baru, apalagi bank sekarang sudah nggak percaya lagi sama Phineas.
Lalu muncul ide, untuk menggunakan tenda, yang justru malah jadi pilihan lebih bagus karena mereka bisa berpindah sesuai pasar mereka.
Setelah itu, Phineas pun menyusul Charity. Minta maaf, dan memintanya untuk ikut bersamanya lagi. Pastinya Charity mau dong.
Sirkus PT Barnum makin besar. Phineas pun menyerahkannya untuk diurus oleh Philip sepenuhnya, sedangkan ia memilih untuk pensiun dan menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga.
Review
Ini film musikal, jadi ya bisa dibilang 90% isinya nyanyian dan tarian. Tapi, sumpah. Indah bangettt!!!
Mulai dari lagu pengawal film, lalu lagu duet Phineas dan Charity saat mulai membangun keluarga baru. Lalu pas Phineas nyepik Philip supaya mau bergabung. Terus lagunya Philip sama Anne. Terus lagunya Jenny Lind, yang Never Enough. Lagunya Lettie Lutz … Ya ampun! SEMUA SONTREKNYA KEREN BAT!
Hampir semua adegan selalu dipresentasikan dengan nyanyian dan tarian. Dan, suara Hugh Jackman emang beneran bagus ya? Hahaha 😆 Kalau Michelle Williams sih keliatan sebenarnya, kalau dese nggak gitu bagus. Karena ada autotone aja tuh, jadi mendingan. Tapi suara Hugh Jackman sih keknya beneran mantep dah. Kalau Zendaya sama Zac Efron maahhh emang penyanyi.
Sinematografinya luar biasa juga. Gambar-gambarnya baguuus, meski alur ceritanya nggak terlalu banyak kejutan. Lempeng aja sih ceritanya, tapi benar-benar enjoyable.
Belum lama sebelumnya saya juga nonton La La Land kan, yang sama-sama musikal. Tapi menurut saya pribadi sih, The Greatest Showman jauh lebih kuat ketimbang La La Land.
Rating
8/10