Marginalia – Catatan Cinta di Pinggir Hati

Judul Buku: Marginalia
Penulis: Dyah Rinni
Penyunting: Triani Retno Adiastuti
Proofreader: Dina Savitri Nurhidayah
Penerbit: Qanita PT Mizan Pustaka
Jumlah halaman: 304 halaman

Blurb

Aku Yudhistira, aku Arjuna, aku Bima, aku Nakula Sadewa. Berapa Baratayudha harus kujalani. Demi kamu, Drupadiku?

Aruna
Cengeng! Tulisan singkat dan rapi di kumpulan puisi Rumi kesayangan almarhum Padma membuatku terbakar. Kurang ajar! Berani-beraninya cewek dingin berhati belatung itu menodai kenangan Padma. Belum tahu dia berhadapan dengan siapa. Aruna, vocalis Lescar, band rock yang paling diidolakan. Tunggu pembalasanku!

Drupadi
Aku tak punya waktu untuk cinta. Meski nyaris tiap hari aku berhubungan dengan yang namanya pernikahan, ini hanya urusan bisnis semata. Aku tak percaya romantisme, apalagi puisi menye-menye. Hidup ini terlalu singkat untuk jadi melankolis. Namaku memang Drupadi, tapi hatiku sudah tertutup untuk laki-laki.

* * *

Pemenang Kedua Lomba Penulisan Romance Qanita.

Wow!

Ekspektasi langsung meningkat tajam, ketika membaca label tersebut pada cover novel ini.

Dari Blurb yang tertulis di belakang cover, saya langsung membayangkan bahwa novel ini akan penuh dengan “perang Baratayudha” memperjuangkan cinta antara Arjuna dan Drupadi, dengan ditingkahi oleh “Yudhistira”, “Bima”, “Nakula” dan “Sadewa”. Yah, mungkin Drupadi ini adalah perempuan yang menjadi incaran banyak lelaki. Begitu pikir saya sotoy.

Benarkah demikian?

Ternyata dugaan saya, salah sama sekali!

Ada perjuangan cinta, tapi malah seperti Drupadi yang harus memperjuangkan cintanya melawan kekasih si Arjuna, Aruna, yang lain, Inez, belum lagi kenangan Aruna akan Padma, kekasihnya yang sudah meninggal. Hmmm mungkin akan lebih cocok dekonstruksi ceritanya kalau Drupadi ini bernama Dewi Wara Sumbadra, kali ya 😆 *dijitak sang penulis*.

Ada beberapa kebetulan. Kebetulan saja Drupadi menemukan Kafe Marginalia. Kebetulan saja Drupadi harus melobi Sonya untuk menjadikan Kafe Marginalia menjadi venue pesta pernikahan Inez. Kebetulan saja Drupadi harus menulis marginalia di sebuah buku. Dan juga kebetulan saja, buku itu adalah buku puisi Rumi kesayangan Padma, kekasih Aruna. Lalu kebetulan juga ternyata Inez mengenal Aruna dari masa lalu. Dan lalu kebetulan pula Aruna dan Drupadi juga pernah bertemu beberapa tahun yang lalu ketika mereka belum saling mengenal, dan kebetulan pula saat itu cinta keduanya kandas namun oleh orang yang berbeda.

Terlalu banyak? Mungkin. Tapi ketika kita sedang berbicara tentang “keajaiban”, segala sesuatu itu mungkin saja.

“Tetapi keajaiban itu nggak ada. Semua yang kita sebut sebagai keajaiban hanyalah gejala yang belum bisa dijelaskan. Telepon, listrik, pergi ke bulan, bukankah dulu terlihat seperti keajaiban di mata nenek moyang kita?” (hal. 22)

Sonya menunduk dan berbisik ke telingaku, mengatakan sesuatu yang membuat buku kudukku mendadak berdiri. “Hati-hati. Biasanya orang yang bicara seperti itu akan kena batunya.” (hal. 23)

Yang membuat saya betah untuk terus membalik halaman demi halaman novel ini adalah, teknik berceritanya. Ada perpindahan PoV ketika menceritakan Drupadi dan Aruna. Jadi, di sini tokoh Drupadi dan Aruna sama-sama diceritakan melalui PoV orang pertama; Aku. Perpindahannya manis, sekaligus dinamis, tapi tidak membingungkan. Diksi juga lumayan, tak terlalu puitis, tapi juga tak terlalu termehek-mehek, atau terlalu lebay. Ada sedikit gue-lo, tapi hanya sebatas percakapan Aruna dengan anggota bandnya yang lain.

Overall, novel ini bagus. 🙂

Tiga dari lima bintang untuk novel ini.

2 Comments Add yours

  1. aku udah punya bukunya juga haha gak nanya ya..

    Like

Komennya, Kakak ^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s