Letters to Aubrey – Seribu Kesabaran Ibu

Penulis: Grace Melia
Editor: Triani Retno A
Proof reader: Herlina P Dewi
Desain Cover: Teguh Santosa
Layout: Deeje
ISBN : 978-602-7572-27-0
Jumlah Halaman : 266
Harga : Rp 48.000,-
Penerbit: Stiletto Book

Blurb

Congenital Rubella Syndrome merupakan kumpulan kelainan bawaan akibat virus rubella yang menginfeksi kehamilan seorang perempuan.

Melalui buku ini, penulis mengajak kita masuk dalam perjalanan yang penuh warna ketika dia membesarkan putrinya yang berkebutuhan khusus–akibat terinveksi virus rubella. Ada penolakan, kecewa, dan juga letih yang lambat laun menjadi rasa ikhlas dan optimis. Sebagai ketua komunitas Rumah Ramah Rubella, penulis juga membuka wawasan kita tentang TORCH pada umumnya dan rubella pada khususnya. Dia pun menyerukan pesan kepada orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk terus optimis karena mereka tidak berjuang sendirian.

Semua informasi, pesan, serta rasa cintanya pada sang anak dituangkan dalam bentuk kumpulan surat dengan kata-kata yang ringan dan penuh makna. Buku ini sarat akan cinta seorang ibu pada anaknya. Lewat kumpulan surat ini, penulis ingin putrinya mengerti bahwa ia dicintai dan dibanggakan sebagaimana adanya.

Testimoni:

“Perjuangan Ibu Grace untuk Aubrey, putrinya, menunjukkan bahwa setiap anak adalah spesial. Kasih sayang dan pendampingan orangtua, bukan hanya menjadi obat, tapi juga menunjukkan nilai kehadiran seorang anak di antara keluarga.” Andy F. Noya

“Membaca kisahnya, saya menangis. Bukan sedih, saya salut dan bangga sekali sama Grace. Membaca buku ini membantu kita membuka mata lebih lebar dan meluaskan hati agar ikhlas.” Maulita Iqtanti – Managing Editor http://www.mommiesdaily.com

Review

Anakku, walau ibumu ini merasa tidak keruan di suatu waktu, jangan pernah merasa kamu tidak diinginkan. Aku ingin kamu lebih dari apa pun. Aku mau kamu lebih dari siapa pun. Aku menyayangimu dengan kemampuan dan ketidakmampuanku. Kuharap kamu akan lakukan itu juga padaku. (hal. 17)

Begitulah sebagian isi dari surat pertama Mami Grace (selanjutnya kita sebut Mami Gesi) untuk calon anaknya. Kedatangan buah hati memang selalu dinantikan oleh semua ibu, iya kan? Ada berbagai macam perasaan di dada, excited, deg-degan, dan lebih lagi, curious, bagaimana rupa anaknya nanti. Kalo dulu saya pas mulai hamil Anggit sih terutama selalu ada doa dalam hati saya, supaya Anggit diberi kesempurnaan.

Namun, ya, kesempurnaan adalah semata milik Dia yang Empunya Hidup. Kita?

Lalu apa yang terjadi ketika ternyata anak kita yang sudah ditunggu dengan begitu amazed-nya sejak masih di dalam rahim, ternyata dianugerahi keistimewaan oleh Tuhan? Seperti Ubii, yang akhirnya lahir ke dunia dengan begitu banya ‘kado’?

Gimana perasaan Mami Gesi setelah mengetahui bahwa putrinya ternyata nggak bereaksi terhadap suara? Gimana perasaan Mami Gesi yang akhirnya menyadari bahwa nalurinya benar, bahwa Ubii ternyata memang tak sesehat anak-anak lain? Gimana perasaan Mami Gesi menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada Ubii?

Karena ternyata Ubii, yang lahir pada tanggal 19 Mei 2012 pukul 4 sore itu, menderita Congenital Rubella Syndrome. Congenital Rubella Syndrome ini menyebabkan ia memiliki kelainan jantung bawaan, gangguan pendengaran sangat berat, gangguan saraf, dan gangguan motorik.

Bagaimana Ubii bisa bertahan nanti? Apa Ubii harus selamanya hidup di dunia yang sunyi? Apa kita tidak bisa bernyanyi bersama? Buat apa lagi Mami menyanyikan lagu untuk menidurkan Ubii? Buat apa lagi Mami memanggil nama Ubii? Untuk apa Mami menutup pintu pelan-pelan dan berjalan mengendap-endap ketika Ubii tidur? Ubii tak bisa mendengar semua itu. Hancur hati Mami. (hal. 31)

Tapi Mami Gesi lagi-lagi membuktikan, bahwa perempuan merupakan makhluk yang terkuat yang pernah diciptakan-Nya. Memang ada penolakan, ada rasa kecewa, banyak air mata mengalir, tapi semua diakhiri dengan munculnya semangat juang yang berapi-api. Semangat juang ini, dari mana lagi bisa timbul selain dari rasa cinta yang tak putus-putus pada Ubii?

Ubii lihat kan? Mami terlalu cinta sama Ubii. Nggak akan ada sesuatu yang bisa mengubah itu. Mommy loves you to the bone. That is a fact. But know this and this only, Ubii. Will your condition make us have to struggle to survive? YES! Can we do it? YES! What do you mean to Mommy? THE WORLD. Please keep that in mind. So are you ready to fight together with Mommy? 🙂 (hal. 43)

YES!!!! *dijawab pembaca* 😆

Oh My God… I wish I could say that if I were on her shoes. Would i say that? I’m not sure. Mungkin yang ada malah drama sana drama sini. Mewek sana mewek sini. Mungkin juga saya akan mengunci diri di dalam rumah. Mungkin juga saya akan menyalahkan semua orang. Mungkin… saya juga akan membenci Tuhan saya. Mungkin.

Lalu kalimat-kalimat ini lagi, menohok saya right to the heart.

Any difficult situation might still come up anytime without precautions. Apa Anda memiliki kesulitan? Ya. Bisakah Anda mengatasinya? Ya. Lalu, apa yang harus dikhawatirkan?
Apa Anda memiliki kesulitan? Ya. Bisakah Anda mengatasinya? Tidak. Lalu, apa yang harus dikhawatirkan? (hal. 140 – 141)

……..

Memang terlalu banyak yang kita khawatirkan. Terlalu banyak yang dicemaskan. Bagaimana jika begini, bagaimana jika begitu?

Ketika Ubii merasa cobaan Ubii terlalu besar, ingatlah bahwa Ubii mempunyai Tuhan yang jauh lebih besar daripada cobaan dan masalah yang dihadapi Ubii. (hal. 260)

How Did You Experience the Book?

Buku ini sebenarnya membahas hal-hal yang berat, namun gaya menulis Mami Gesi yang ringan mengalir, tidak mendayu-dayu, penuh dengan kata-kata pengharapan, membuat buku ini terasa ringan dibaca. Pertama baca di surat-surat awal, terasa periiiiih banget di hati. Rasanya sangat dipilin-pilin. Harus menyediakan tisu yang banyak. Tapi semakin ke belakang, rasanya kita akan ikut bersemangat. Kita jadi ingin ikut berjuang bersama Mami Gesi dan Ubii, meski cobaan kita berbeda-beda.

Terima kasih, Mami Gesi dan Ubii, yang sudah ngajarin arti menghargai hidup dan juga mengingatkan kita untuk bersyukur.

When you’re able to see that and be grateful, life will be way much easier and more exciting. Life offers opportunities to be happy as many as to be sad. (hal. 261)

My rate: Empat dari lima bintang.

3 Comments Add yours

  1. Nathalia DP says:

    inspiratif bgt yah bukunya… mdh2an bisa beli secepatnya 🙂

    Like

  2. Grace says:

    Aakk mamak Anggit aku suka review nyah. Hihi. Tengkyu yaaaa. :*

    Like

  3. Lidya says:

    mak ges maminya ubi memeng jempol

    Like

Komennya, Kakak ^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s